Sabtu, 23 Februari 2008

MISTERI HARTA KARUN (skenario sinetron)

JUDUL MISTERI HARTA KARUN
CERITA/SKENARIO SUGIYO SURYANTORO
(suryantoros@yahoo.com)

DURASI

SKENARIO SINETRON - JIKA ANDA BERMINAT UNTUK MENGANGKAT MENJADI SINETRON ATAU FILM SILAKAN HUBUNGI SAYA : 08161182790 ATAU EMAIL SAYA : suryantoros@yahoo.com

1. EST. SHOOT : PEMANDANGAN LAUT -PAGI (HARI)
Pantai Kampung Nelayan. Tampak deretan perahu nelayan di atas pasir pantai. Samudra duduk bersandar di badan perahu, Tangannya memegang majalah (anak-anak) lusuh. Matanya menerawang ke laut lepas. Wajahnya terlihat sedih.

CUT TO FLASH:

1. EXT. RUMAH SAMUDRA, KERUMUNAN TETANGGA
Samudra (kecil) masih umur 11 tahun baru pulang dari sekolah (kelas 5 SD). Didapati emaknya sedang menangis terisak. Mamat duduk di depan emak Samudra. Wajahnya sedih. Beberapa tetangga dekat tampak berkumpul di ruang depan rumah. Mamat melihat Samudra, kemudian berdiri dan menyongsongnya.

MAMAT:
Sam…kamu sudah pulang? Kemari kamu

SAMUDRA :
Sudah.
Ada apa? Rumah kita ramai sekali..

Mamat menuntun Samudra ke emaknya

SAMUDRA :
Mak… ada apa mak, kok emak menangis, sih?

EMAK :
Le… kemari to, le… (Samudra dipeluknya, emak menangis) Bapakmu, Sam…

SAMUDRA :
Kenapa dengan bapak, mak?

MAMAT :
Kapal bapakmu… kecelakaan…
dihantam badai, Sam…

CUT TO BACK

MAMAT :
(pelan) Sam…. Sam… Samudra…

Samudra tersadar dari lamunan. Menoleh ke belakang, berusaha tersenyum.
Mamat, pamannya sudah berdiri di belakang. Tangan kiri Mamat membawa bungkusan koran.

SAMUDRA :
Eh, paman.

MAMAT :
Kenapa Sam? Kamu ndak masuk sekolah hari ini?

Samudra berdiri menghadap ke pamannya.

SAMUDRA :
Tidak, man. Hari ini kelas dua libur. Ada latihan ujian buat kelas tiga.

MAMAT :
Sam… Paman tahu kalau kamu sedang sedih, ya kan? Kamu pasti sedang memikirkan Bapakmu?

SAMUDRA :
Sam hanya berdoa buat bapak.

MAMAT:
Hiya…
Paman juga masih ingat kejadian tiga tahun lalu…
Kalau kamu selalu mendoakan bapakmu, bagus itu. Karena doa anak soleh yang akan selalu tersampaikan ke alam kubur. Meskipun barangkali ndak ada orang yang tahu di mana tempat kubur bapakmu.

SAMUDRA :
Iya, man.

MAMAT :
Ya sudah. Kamu sekarang ndak usah bersedih. Masih ada paman sebagai pengganti bapakmu, ya?

SAMUDRA :
Iya, man. Terima kasih.

MAMAT :
Kamu tadi bilang hari ini libur?

Samudra mengangguk mengiyakan.

MAMAT :
Weh enak juga kalau libur.
Kenapa ndak bilang-bilang dari kemarin?

SAMUDRA:
Kemarin paman nggak kelihatan.

MAMAT :
Mana teman-teman yang lain?

Samudra menggelengkan kepala. Tangannya menggulung majalah yang dipegangnya. Dan duduk kembali.

SAMUDRA :
Nggak semuanya libur kok, man.

Mamat ikut duduk di samping Samudra, menghadap ke arah laut
Mamat mengajak keponakannya untuk ikut dengannya.

MAMAT :
Daripada kamu sendirian di sini bagaimana kalau ikut paman.

SAMUDRA :
Ke mana?

MAMAT :
Pasar. Mau ya?!

Samudra beranjak dari duduk, diikuti Mamat.

SAMUDRA :
Berdua saja?

MAMAT :
Memang ada teman-teman yang lain?

SAMUDRA :
Nggak ada juga.

MAMAT:
Kalau kamu mau berdua, itu lebih baik.

SAMUDRA :
(Mengangguk-setuju) Tapi Sam ganti baju dulu di rumah. Sekalian juga pamit sama emak.

MAMAT:
Ya, sana. Jangan lama-lama. Paman di sini saja, nunggu kamu.

Samudra Berlari menuju rumahnya yang tak jauh dari pantai. Mamat menunggui di samping perahu. Tangannya menimang-nimang bungkusan koran yang dibawanya.

CUT TO :

2. INT. RUMAH SAMUDRA - PAGI (HARI 1)
Samudra berganti baju. Emak sedang mengerjakan pekerjaan dapur. Samudra berpamitan kepada emaknya dari jauh.

SAMUDRA :
(Setengah berteriak) Emak…., Sam pergi ke pasar ya?

EMAK (O.S):
Ada apa ke pasar pagi-pagi begini? Kalau mau pamitan jangan teriak-teriak gitu. Ndak bagus. Ayo mendekat ke kemari.

Samudra berjalan mendekati emaknya.

SAMUDRA :
Baik, mak.

EMAK:
Ada apa pagi-pagi sudah mau ke pasar?

SAMUDRA :
Diajak paman. Sam juga tidak tahu, mak.

EMAK :
Ya sudah sana. Hati-hati!

Samudra berpamitan dan berlalu ke depan. Emak baru teringat sesuatu dan berteriak.

EMAK :
Eh Saaam…sekalian, nanti kalau ketemu sama bu Yadi tolong sampaikan pesan emak; emak minta maaf belum bisa bayar hari ini. Mungkin besok, ya.
SAMUDRA (O.S) :
Beres, mak!

Tangan emak mulai memilah-milah ikan di ember/baskom untuk dijadikan ikan asin.

EMAK:
(Bergumam-bicara sendiri)
Eh, itu si Mamat. Bukannya dia yang minta ijin ke orang tua, malah anak-anak yang disuruh pamitan.

Dari depan terdengar suara Muni. Masuk rumah menghampiri emak. Muni agak tergopoh-gopoh berlari sambil bicara. Emak kaget.

MUNI (O.S):
Yu..yune….!
Samudra mau ke mana to? Kok kayane kesusu aja?
Apa ndak berangkat sekolah? Saya lihat juga ndak pake seragam.

EMAK :
Yo iku. Mamat, bojomu iku lho. Esuk-esuk wis ngajak si Sam lunga pasar, mentang-mentang si Sam libur.
Apa ya suamimu tidak berangkat ke laut to, Mun?

MUNI :
Belum je, yu! Sudah tiga hari ini.
Kata kang Mamat mesin prahunya masih rusak (prihatin). Yah.. jaman sudah susah gini. Kok ya masih ketambahan mesin prahu rusak. Wis susah, susah, susah…

Muni mulai membantu membelah ikan dengan pisau dapur

EMAK :
Sabar Mun. Memang harus yang sabar.
Harus selalu ingat sama Gusti Allah. Jangan lupa itu.
Masih ingat kan pesannya Bapak sama Simbok kita dulu?
Selalu tawaqal, banyak berdoa dan jangan lupa berusaha.
Ojo dumeh kebanyakan usaha terus lupa berdoa.

MUNI :
(Mengangguk) Pasti to, yu.

Muni berusaha membuka topik pembicaraan baru

MUNI :
Ini ikan masih dari tempatnya bu Yadi?

EMAK :
He eh!(mengiyakan). Ya dari sana.
Sisa yang ndak terjual kemarin. Cuma dikit.
Hampir tidak kebagian kemarin. Kalau tidak Sam yang ngambil ke rumah bu Yadi, ya ndak kebagian.
Itu saja sudah disisihin sama temannya Sam, anaknya bu Yadi itu. Sopo iku jenenge….. Ri…. Rino!

Dari depan terdengar suara Rino

RINO (O.S) :
Assalamu’alaikum!
Sam….Samudra….

EMAK & MUNI :
Wa’alaikum salam….

EMAK :
(menengok ke Muni) Nah itu seperti suara si sopo iku.. mau.. Ri..Rino

MUNI :
Sini masuk ke dalam, nak Rino

RINO :
Assalamu’alaikum, mak..bi..

EMAK & MUNI :
Wa’alaikum salam

RINO :
Samudra ke mana mak?

EMAK :
Tadi Sam pamitan mau pergi ke pasar. Diajak sama pamannya itu. Saya kira nak sopo iki…Ri..Rino juga ikut.

RINO :
Ke pasar? Yah sudah keduluan dong.
Justru saya mau ngajak Sam ke pasar, mak.
Siapa tahu nanti dapat ikan lagi.

EMAK:
O ya to, le? Biar nanti saja pulangnya, emak suruh Sam ngambil ke sana. Apalagi ikan yang kemarin juga cuma sedikit. Tanggung.

Tiba-tiba dari atas rumah terdengar suara benda jatuh.
Emak, Muni dan Rino terkejut. Rupanya ada daun kelapa kering yang jatuh menimpa atap rumah/genteng.

CUT TO

3. EXT. SITUASI JALAN RAYA - PAGI (HARI 1)
Kesibukan pagi hari, kendaraan lalu lalang. Mamat dan Samudra berjalan. Tiba-tiba Samudra berhenti. Di perempatan jalan sedang terjadi ribut-ribut antara Dodo dengan anak-anak jalanan lainnya.

MAMAT :
Ada apa berhenti, Sam?

SAMUDRA :
Paman lihat anak kecil itu?

MAMAT :
Mana? Yang pegang kecrek-kecrek itu?

SAMUDRA :
Benar. Kasihan sepertinya dia sedang diperas sama anak-anak jalanan.

Dodo berlari ke arah Samudra dan Mamat, tiga anak jalanan yang lebih tua dari Samudra, mengejar.

ANAK JALANAN 1:
Hey! Berikan uangnya sini! (sambil menarik leher kaos Dodo)

DODO :
Jangan, bang.. ampun.

ANAK JALANAN 2:
Kamu tahu! Ini wilayah kami. Kalau kamu mau ngamen, cari tempat lain. Jangan sekali-kali berani operasi di wilayah sini.

DODO :
Iya.. bang, ampun…

ANAK JALANAN 1 :
Cepat berikan semua uangmu!

DODO :
Tapi….

ANAK JALANAN 1 :
Cepat! Sini!

DODO :
Jangan, bang. Jangan…

Anak jalanan 2 mendekati Dodo, sambil mengayunkan tangannya mau memukul muka Dodo, Samudra yang dari tadi memperhatikan buru-buru mencegah pukulan ke arah Dodo. Mamat yang melihat Samudra nekat, tergerak untuk turun tangan.

SAMUDRA:
Maaf kalau saya turut campur, tolong jangan ganggu anak kecil.

ANAK JALANAN 1:
Heh.. Apa urusanmu. Kamu mau sok jadi jagoan, he?

SAMUDRA :
Kalau mau main pukul, jangan main keroyok, gini. Pukul aku duluan.

MAMAT :
He.. hee… sudah… sudah. Bubar sana. Bubar. (tangannya seolah-olah mau mengayunkan bungkusan yang dipegangnya)

Begitu melihat Mamat turun tangan, anak-anak jalanan itu kecut lalu bubar.

ANAK JALANAN 1:
Awas kamu (mengepalkan tinju)

Anak jalanan 1 dan 3 meludah ke tanah. Dodo masih ketakutan, lalu lari masuk ke dalam pemukiman di sebuah gang.

MAMAT :
Dasar anak-anak jalanan.

SAMUDRA :
Kasihan. Masa anak kecil begitu dikeroyok sama tiga anak-anak yang sudah gede.

MAMAT :
Iya, itulah mereka ndak tahu aturan.
Untung kamu cepat menolongnya, Sam.

SAMUDRA :
Ya, itu juga karena paman turun tangan, coba kalau tidak.

MAMAT:
Mereka takut mau dipukul sama bungkusan ini. Ya tentu saja mereka lari…
Boleh juga nih bungkusan ini. Bisa buat nakut-nakuti orang, he he..

Samudra berusaha menyelidik apa isi bungkusan yang dibawa pamannya.

SAMUDRA :
Memangnya bungkusan itu, isinya apa?

MAMAT :
Ini?! Ah… Nanti kalau sudah sampai di pasar, akan paman kasih lihat. Pasti kamu juga akan tahu.

SAMUDRA :
(Penasaran) Iya sih..tapi apaan dong?

MAMAT :
Nanti sajalah kalau sudah sampai di tujuan kita.

Mamat berusaha menutupinya. Samudra tambah penasaran.

SAMUDRA :
Sekarang saja.

MAMAT :
Nanti.

SAMUDRA:
Sekarang. Kalau mereka datang lagi terus merebut bungkusan itu bagaimana?

MAMAT:
Iya lah…

Mamat mendekatkan wajahnya ke telinga, tangannya menghalangi mulutnya seraya berkata ke Samudra.

MAMAT :
(berbicara lirih) Kata orang sih ini barang berharga. Makanya paman bungkus pakai koran, biar orang ndak pada curiga.

SAMUDRA :
Barang berharga, bagaimana?

MAMAT :
Barang berharga, ya barang berharga gitu. Nanti kamu juga tahu, Sam.

SAMUDRA :
Paman dapat barang itu dari mana?

MAMAT :
Paman cuma dititipin barang ini untuk menjualkan. Pasti akan laku mahal.
Cuma… paman titip pesan ke kamu, Sam. Kamu jangan bilang siapa-siapa! Jangan bilang sama emakmu, juga bibimu, ya Sam, ya?!

Samudra penasaran tidak dikasih lihat isi bungkusan koran tersebut, kini giliran ia bermaksud membalas pamannya.

SAMUDRA :
Ya, tergantung nanti kalau sudah sampai di tempatnya.

MAMAT :
Bener lho!

SAMUDRA :
Dan tergantung isinya juga apa. Kan Sam belum melihat. Jadi belum bisa memastikan mau bilang atau tidak.

Mamat jadi terlihat grogi dan merasa lucu sendiri.

MAMAT :
Weh, kok malah jadi begitu. Tahu begini aku berangkat sendirian saja. Ndak usah pake ngajak-ajak segala. Wong aku berharap kamu bisa nemenin paman dan bisa pengang rahasia gitu, kok.
SAMUDRA :
Ya sudah, kalau begitu Sam mau pulang saja…

MAMAT :
(Memotong) Eh..eh…Ya jangan gitu to, Sam.
Jangan terus ngambek gitu! Ya ndak lucu to. Berangkat berdua pulangnya sendiri-sendiri. Apa nanti kata emakmu? ….
Atau gini saja, kamu tetap ikut paman, nanti paman belikan majalah baru, pulangnya, bagaimana?!

SAMUDRA :
(Tersenyum) Wah, paman pakai nyuap segala.

MAMAT :
Ini bukan soal suap-menyuap lho, Sam. Tapi memang sudah niatan paman dari mula.

SAMUDRA :
Kalau begitu nggak apalah. Sam ikut aja.

Mamat tersenyum puas, merasa menang dan berusaha berdalih.

MAMAT :
Nah gitu, baru namanya keponakan paman.
Kamu tahu kan mesin perahu paman masih rusak? Perlu diperbaiki. Makanya paman ini butuh uang. Mudah-mudahan hasil jualan ini cukup buat beli komponen baru. Biar lusa juga sudah bisa dipakai melaut lagi.
Tapi bener ya, kamu janji jangan bilang siapa-siapa.
Sebuah angkot jurusan pelabuhan berhenti di depan Mamat dan Samudra. Kebetulan dua penumpang yang duduk di depan turun. Sopir angkot menawarinya untuk naik. Samudra naik, diikuti pamannya. Mereka duduk di depan. Hotma-si sopir angkot mengenal Mamat begitu juga sebaliknya, tapi kepada Samudra tidak mengenalnya. Mamat mempersilahkan angkot jalan.

bersambung........